Penelitian Pengaruh Terapi Bekam untuk Penanganan Nyeri
Lutut Anterior (Bagian Depan) dan potensi peranannya dalam Promosi Kesehatan
Diterjemahkan oleh dr. Abu Hana
Untuk http://kaahil.wordpress.com
Dari artikel :
Kaleem Ullah, Ahmed Younis & Mohamed Wali: An
investigation into the effect of Cupping Therapy as a treatment for Anterior
Knee Pain and its potential role in Health Promotion.: The Internet Journal of
Alternative Medicine. 2007; Volume 4, Number 1.
Abstrak
Objektif: Untuk mengetahui pengaruh Terapi Bekam dalam
tingkatan patofisiologis pada penanganan Nyeri lutut anterior (bagian depan)
dan dampaknya terhadap kualitas hidup serta kenyamanan.
Metode: Survei Eksperimen menggunakan percobaan klinis dan
kuesioner. Follow up dilakukan selama 3 minggu untuk mengetahui pengaruh jangka
panjang efek terapi dengan menggunakan penilaian obyektif maupun subyektif.
Metode ini memungkinkan peneliti untuk mengetahui berapa banyak variabel
independen menyebabkan peserta penelitian mengalami perubahan (Dane, 1990).
Hasil: Terdapat perbedaan statistik yang signifikan dalam
tingkat rasa sakit, kenyamanan dan rerata pergerakan pada pasien dengan nyeri lutut anterior
antara sebelum dan setelah bekam (P <0,05).
Kesimpulan: Telah dilakukan penelitian mengenai keampuhan/Efikasi
Terapi bekam untuk penanganan nyeri lutut anterior serta kenyamanan dan
pergerakannya, hasil penelitian menunjukkan adanya perbaikan pada peserta
penelitian sebagai akibat dari Terapi Bekam. Dianjurkan untuk dilakukan studi
lebih lanjut dengan menggunakan sample penelitian yang lebih besar dan waktu
yang lebih lama.
Pendahuluan
Cupping (bekam) merupakan metode pengobatan klasik yang
telah digunakan dalam perawatan dan pengobatan berbagai masalah kesehatan
diantaranya : Penyakit darah seperti hemofili dan hipertensi, Penyakit reumatik
mulai dari artritis, sciatica/nyeri panggul, sakit punggung, migren,
gelisah/anxietas dan masalah fisik umum maupun mental. Tujuan bekam adalah
untuk membuang darah dari dalam tubuh yang diyakini dapat merusak tubuh dan
pada gilirannya berpotensi merugikan mulai dari gejala biasa sampai yang
mengarah pada menurunnya derajat kesehatan.
Sejarah dan asal mula Terapi Bekam
Secara tradisional, Terapi bekam telah dipraktekkan oleh
banyak budaya dalam satu bentuk atau lainnya. Di Inggris praktek Terapi bekam
juga telah tercatat dalam kurun waktu yang lama dengan salah satu jurnal
kesehatan ‘ The Lancet ‘ yang diberi nama setelah adanya praktek ini. Lanset
merupakan salahsatu peralatan bedah tradisional yang digunakan untuk membuang
kelebihan darah yakni venaseksi dan digunakan untuk membedah Abses/bisul. Kata
dalam bahasa Arab untuk Terapi Bekam adalah Al-Hijamah yang berarti untuk
mengurangi ukuran yakni untuk mengembalikan tubuh pada kondisi alamiah.
Praktek Al-Hijamah
telah menjadi bagian dari budaya Timur Tengah selama ribuan tahun sebagaimana
telah ada pada catatan di zaman Hipokrates (400 SM). Di belahan barat, yang
pertama melakukan Terapi Bekam adalah orang-orang Mesir kuno, dan yang tertua
terekam dalam Textbook berjudul “ Ebers Papyrus” yang ditulis sekitar tahun
1550 SM di negeri Mesir menyebutkan masalah bekam (Curtis, 2005). Terapi bekam
secara umum dapat dibagi menjadi dua kategori: Bekam kering (Dry Cupping) dan
Bekam basah(Wet Cupping). Terapi bekam kering cenderung lebih banyak
dipraktekkan di wilayah Timur Jauh, sedangkan Bekam basah menjadi favorit di
wilayahTimur Tengah dan Eropa Timur. Untuk tujuan penelitian ini dilakukan
penyelidikan Terapi bekam basah yang kemudian disebut sebagai Terapi Bekam.
Penggunaan Terkini Terapi Bekam
Pengobatan Komplementer dan Alternatif (CAM =
Complementary and Alternative Medicine) akhir-akhir ini menjadi lebih populer
di masyarakat dan mendapatkan kredibilitas dalam dunia Biomedis kesehatan
(Hill, 2003). Survei menunjukkan bahwa sekitar sepertiga dari penduduk Inggris
(Ernst, 1996) dan sedikit lebih tinggi di Amerika Serikat (Wootton dan Sparber,
2001) menggunakan CAM . Selain itu, mainstream
dunia kesehatan yang meminta bukti lebih lanjut untuk CAM semakin tertarik pada
beberapa bentuk CAM (Hoffman, 2001).
Khasiat Medis dari
Terapi Bekam
Menurut Hennawy (2004), Terapi Bekam diindikasikan untuk
penanganan gangguan darah, mengobati nyeri, inflamasi/peradangan, relaksasi
fisik dan mental, varises pada pembuluh darah vena dan masase jaringan dalam
serta memberikan hingga 50% peningkatan pada tingkat kesuburan.
Prinsip-prinsip Akupunktur dan Akupressure sangatlah mirip
dengan Terapi Bekam basah, hanya saja pada bekam basah melibatkan pengeluaran
darah sedangkan pada Akupunktur dan Akupressure menggunakan isapan dan
stimulasi pada titik-titik tertentu untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Pengeluaran darah (Blood letting) itu sebenarnya merupakan salahsatu di antara
teknik Akupunktur tertua (Dharmananda, 2004). Diperkirakan bahwa Akupunktur
awalnya merupakan metode penusukan bisul dari kulit, kemudian dikembangkan
untuk mengeluarkan “darah kotor” yang umumnya disertai cedera atau demam dan
pada akhirnya dapat mengeluarkan roh jahat dan atmosfir Qi yang jelek (terutama
“angin”) keluar dari dalam tubuh(Unschuld, 1985).
Fokus perhatian kembali pada penelitian tradisi pengobatan
Cina dimana penemuan Akupressure dan Akupunktur dalam meredakan nyeri telah
membuktikan bahwa dengan metode tersebut dapat melepaskan zat seperti morfin
(Endorfin), Serotonin atau Kortisol yang pada akhirnya dapat meredakan nyeri
dan membantu memperbaiki status fisiologis individu (Schulte, 1996).
Akupressure dan Akupunktur dalam faktanya telah digunakan dan terbukti berguna
untuk meredakan nyeri dan penanganan addiksi/ketagihan(Schulte, 1996; Hinze,
1988; Cadwell, 1998). Pada tingkat biologis; Akupressure dan Akupunktur bekerja
dengan cara merangsang atau mengaktifkan (1) sistem kekebalan tubuh; (2)
Pengeluaran Enkefalin; (3) Pelepasan neurotransmitter (4) Penyempitan dan
pelebaran pembuluh darah serta (5) Gerbang rasa nyeri pada Sistim Syaraf Pusat
(CNS) yang berfungsi mengartikan sensari rasa nyeri (NIH Consensus Development
Panel, 1998; Schulte, 1996). Akhirnya, diyakini bahwa perangsangan pada titik
Akupuntur dapat mengakibatkan Gerbang nyeri
menjadi kewalahan dengan cara meningkatkan frekuensi impulse, sehingga
akhirnya menutup gerbang dan dapat meredakan nyeri(Oumeish, 1998; Cadwell,
1998).
Menurut Institut Kesehatan Nasional (NIH) Consensus
Development Panel (1997), Akupunktur juga efektif menangani mual dan muntah
akibat kemoterapi, mual pada kehamilan, sakit gigi, adjunct therapy, kasus
addiksi, rehabilitasi stroke, sakit kepala, kram haid, tennis elbow,
fibromyalgia, nyeri punggung bawah(LBP), carpal tunnel syndrome, asma dan
sebagainya (Lee, 2001). Mengingat relatif rendahnya biaya CAM
pada umumnya sehingga integrasi antara terapi dalam mainstream kesehatan publik
tidak diragukan lagi akan dapat meringankan beban keuangan dan waktu pada
sistem sistem kesehatan kita ini.
Sebagaimana bekam juga ditujukan sebagai terapi yang efektif
untuk penanganan nyeri dan memiliki kesamaan dengan teori Akupunktur dan
Akupressure, sehingga sangatlah mungkin Terapi Bekam memiliki aksi mekanisme
biologis yang sama pula seperti disebutkan diatas dalam hal meredakan nyeri.
Nyeri Lutut Anterior dan Terapi Bekam
Sebagaimana diketahui bahwa cedera lutut merupakan cedera
serius yang paling sering terjadi selama kegiatan olahraga (Johnson, 2005).
Potensi Terapi Bekam untuk penanganan nyeri lutut anterior dan dihubungkan
dengan tingkat morbiditas terkait haruslah dilakukan penelitian, dikarenakan
seperti yang disebutkan sebelumnya memiliki implikasi dalam cost dan kesehatan
yang memang menjanjikan. Diharapkan bahwa Terapi Bekam disarankan secara medis
dan fisioterapi untuk penanganan Nyeri lutut anterior akan bekerja dengan baik
sebagaimana penelitian yang menunjukkan bahwa penanganan konvensional untuk
Nyeri Lutut Anterior (AKP) efektif dalam mengurangi tingkat keparahan AKP dan
juga memiliki manfaat pada kenyamanan individu(Clark dkk., 2000).
Terapi Bekam dan etnis penduduk minoritas
Populasi penduduk Inggris sangatlah beragam; jumlah orang
yang diklasifikasikan sebagai etnis minoritas mengalami peningkatan,
(Commission for Racial Equality 1999). Hal ini juga menunjukan bahwa penggunaan
layanan kesehatan oleh penduduk etnis tidak proporsional dengan yang untuk
penduduk Kaukasia di Inggris (Crespo dkk., 2000) dan juga inaktivitas fisik
lebih banyak di kalangan etnis minoritas dibandingkan Kaukasia, (King et al
2000). Oleh karena itu tindakan seperti Terapi Bekam dapat membantu mengisi gap
itu sama halnya Akupunktur dengan masyarakat Timur Jauh.
Kontra-indikasi dan Kehati-hatian Terapi
Terapi Bekam tidak memiliki efek samping yang berarti, hanya
berupa ketidaknyamanan minimal akibat sedikit intervensi pada kulit pasien.
Dalam kasus di mana pasien memiliki ambang batas nyeri yang rendah, dapat
diberikan pembiusan lokal. Begitu juga efek samping ringan lainnya yang mungkin
terjadi adalah rasa sedikit berkunang-kunang setelah Terapi Bekam, sekali lagi
ini adalah mirip seperti setelah pengambilan darah oleh dokter, pada saat bekam
darah terdorong mengalir ke daerah yang dibekam (hiperemis ), beberapa kadang
merasa hangat dan lebih panas sebagai akibat dari pelebaran pembuluh
darah/vasodilatasi dan sedikit berkeringat mungkin terjadi. Sekali lagi ini
dapat dijelaskan secara ilmiah dan rasional, tidak ada alasan yang memicu kekhawatiran.
Wanita hamil atau sedang menstruasi, pasien kanker (metastasis)
dan pasien dengan patah tulang atau spasme otot dikontraindikasikan untuk
penelitian ini. Demikian juga, Terapi Bekam tidak dapat diterapkan di daerah
DVT, di mana terdapat ulkus, arteri atau tempat di mana denyutan pembuluh darah
dapat dirasakan (Chirali, 1999).
Tujuan penelitian
* Mengevaluasi pengaruh Terapi Bekam pada Nyeri Lutut
Anterior (AKP), Rentang pergerakannya dan dampak terhadap kualitas hidup dan
kenyamanan.
Pengujian hipotesa
* Terapi Bekam tidak berpengaruh pada persepsi nyeri lutut,
Rentang pergerakan dan kenyamanan.
Metodologi dan desain penelitian
Metode penelitian ini adalah suatu survey eksperimental
dengan menggunakan metodologi percobaan klinis dan kuesioner. Follow up dilakukan selama 3 minggu untuk
mengetahui pengaruh jangka panjang efek terapi dengan menggunakan penilaian
obyektif maupun subyektif. Pengukuran
Subyek penelitian diambil sebelum dan sesudah tes.
Penelitian ini dirancang setelah dilakukan tinjauan pustaka
yang intensif, diskusi dengan praktisi bekam, pengamatan teknik aplikasi di
lapangan, dan diskusi serta komunikasi dengan para praktisi dan pusat-pusat
yang terlibat dalam praktek bekam (terutama di Timur Tengah). Setelah itu,
prosedur untuk aplikasi bekam pada penelitian ini ditentukan(lihat prosedur
aplikasi bekam).
Lembar penilaian (lihat Lampiran 1) dirancang untuk
memasukkan data informasi pasien, riwayat medis terdahulu dan sekarang,
pengukuran tanda-tanda vital (detak nadi, tekanan darah dan saturasi O2 hanya
untuk tujuan monitoring). Semua pengukuran dan pertanyaan dilakukan oleh
peneliti yang sama sebelum dan setelah bekam untuk meningkatkan validitas dan
kehandalan (reliabilitas).
Outcome pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Skala Analog Sakit Visual (Pain VAS), Skala Analog Kenyamanan Visual
(Well Being VAS) dan Rerata Pergerakan sendi,
baik Rerata Pergerakan Aktif (AROM) dan Rerata Pergerakan Pasif (PROM).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Terapi Bekam, dimana semua
peserta penelitian mendapatkannya. Variabel Independen yang diukur adalah Skala
Sakit dan Kenyamanan VAS serta Rerata Pergerakan lutut baik yang aktif maupun
pasif. Peserta juga ditanya mengenai
pendapat mereka tentang bekam, kesehatan umum serta kualitas hidup melalui kuesioner.
Kuesioner dirancang secara hati-hati dengan mengintegrasikan serangkaian
pendekatan kualitatif generik seperti kuesioner Kualitas Hidup World Health
Organization (WHOQOL-100), EuroQol-5D (EQ-5D) dan the 15D Health Related
Quality of Life (15D); dengan tujuan
untuk memperoleh kuesioner yang khusus untuk Terapi Bekam. Sebelum dilakukan
penelitian utama, kuesioner telah berhasil diuji dalam dua pilot studi.
Populasi dan sampel penelitian
Target populasi untuk penelitian ini adalah masyarakat umum
dominan di wilayah London
dan yang saat ini tidak memiliki afiliasi terhadap model bentuk tehnik
kesehatan apapun. Subyek penelitian direkrut dengan memanfaatkan berbagai
teknik periklanan termasuk iklan di sebuah stasiun radio nasional (Spektrum
Radio AM 558), sistem email universitas, dan acara TV dokumenter kesehatan di
saluran satelit ANN(Arab News Network).
Kriteria inklusif :
· Subyek dengan
masalah lutut dan berusia antara 20-80 tahun.
· Subyek yang
sebelumnya tidak pernah dibekam di lutut atau di bagian tubuh lainnya selama
enam bulan sebelum penelitian ini.
Kriteria eksklusif (pengecualian):
· Bayi
· Subyek yang
menderita masalah jantung serius atau penyakit yang menyebabkan individu rentan
mengalami pendarahan.
· Ibu hamil
· Pasien Kanker
· Subyek dengan
fraktur/patah tulang atau spasme otot di daerah lutut.
Instrumentasi
Menggunakan peralatan dasar untuk terapi bekam termasuk
sedotan pompa tangan, kop plastik ukuran yang sama dan peralatan antiseptik.
Etika pertimbangan penelitian
Peserta penelitian diberi lembar informasi yang menjelaskan
secara detail prosedur penelitian, pemahaman subjek terhadap penelitian
dipertimbangkan dan formulir izin/kesediaan untuk ikut penelitian diberikan
sebelum penelitian dimulai. Subyek diizinkan kapanpun juga untuk menarik diri
dari penelitian, atau ingin melanjutkan penelitian dan mendapatkan
penjelasan/keterangan lanjut juga diperbolehkan untuk melakukannya. Persetujuan
Etika diminta dari Komite
Penelitian Kings
College .
Prosedur penelitian
Prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut:
Sebelum aplikasi terapi dimulai, kami memastikan bahwa:
Subyek telah memenuhi prasyarat bekam (criteria inklusif).
Kontra-indikasi telah dieliminasi
Peralatan tersebut telah steril
Subyek diingatkan dan dipahamkan kembali mengenai efek
samping ringan yang akan muncul
Tekanan darah, detak nadi dan saturasi O2 diukur dalam
posisi duduk, kemudian subyek ditanya untuk mengidentifikasi tingkat rasa nyeri
mereka menggunakan skala analog visual dalam bahasa Inggris (dan juga
disediakan dalam terjemahan bahasa Arab, lihat Lampiran 1) . Tanda-tanda vital
yang diambil digunakan hanya untuk memantau kondisi subjek secara umum.
Pengamatan lutut dilakukan untuk mengetahui setiap
abnormalitas, kemudian rerata pergerakan lutut diukur pada posisi terlentang
oleh peneliti yang sama.
Subyek diwawancarai oleh peneliti yang sama.
Bekam dilakukan di lutut (sebelah lateral dari tendon otot
quadriceps) menggunakan pisau bedah agar steril dan dapat mengontrol kedalaman
dan lebar sayatan. Gelas kop digunakan pada daerah perlakuan dan darah dengan
hati-hati dibuang sebanyak tiga kali. Daerah yang telah dibekam kemudian
dikelola sesuai dengan prosedur dasar manajemen luka (yaitu antiseptik dan
perban).
Semua pengukuran (tekanan darah, detak nadi dan saturasi O2,
termasuk rerata pergerakan lutut serta skala sakit dan kenyamanan) diulang oleh
peneliti yang sama segera setelah bekam dan kemudian satu, dua dan tiga minggu
setelah bekam.
Analisis data
Data tersebut dianalisis menggunakan analisis deskriptif
dalam bentuk minimum, maksimum, rerata, dan Standar Deviasi (SD). Uji pasangan
sampel t-test digunakan untuk menentukan perbedaan diantara subyek penelitian
sebelum dan setelah bekam.
Tingkat signifikansi penelitian ini ditetapkan pada 5%.
Semua analisis data menggunakan Statistical Package for Social Sciences (SPSS)
v.12 untuk Windows.
Nyeri Lutut Anterior dan Terapi Bekam
Sebagaimana diketahui bahwa cedera lutut merupakan cedera
serius yang paling sering terjadi selama kegiatan olahraga (Johnson, 2005).
Potensi Terapi Bekam untuk penanganan nyeri lutut anterior dan dihubungkan
dengan tingkat morbiditas terkait haruslah dilakukan penelitian, dikarenakan
seperti yang disebutkan sebelumnya memiliki implikasi dalam cost dan kesehatan
yang memang menjanjikan. Diharapkan bahwa Terapi Bekam disarankan secara medis
dan fisioterapi untuk penanganan Nyeri lutut anterior akan bekerja dengan baik
sebagaimana penelitian yang menunjukkan bahwa penanganan konvensional untuk
Nyeri Lutut Anterior (AKP) efektif dalam mengurangi tingkat keparahan AKP dan
juga memiliki manfaat pada kenyamanan individu(Clark dkk., 2000).
Terapi Bekam dan etnis penduduk minoritas
Populasi penduduk Inggris sangatlah beragam; jumlah orang
yang diklasifikasikan sebagai etnis minoritas mengalami peningkatan,
(Commission for Racial Equality 1999). Hal ini juga menunjukan bahwa penggunaan
layanan kesehatan oleh penduduk etnis tidak proporsional dengan yang untuk
penduduk Kaukasia di Inggris (Crespo dkk., 2000) dan juga inaktivitas fisik
lebih banyak di kalangan etnis minoritas dibandingkan Kaukasia, (King et al
2000). Oleh karena itu tindakan seperti Terapi Bekam dapat membantu mengisi gap
itu sama halnya Akupunktur dengan masyarakat Timur Jauh.
Hasil
Rerata Respon
Sebanyak 26 orang relawan menyetujui untuk ikut serta dalam
penelitian. Empat relawan drop out sebelum dimulai penelitian. Dua puluh dua
relawan mulai mengikuti penelitian; lima relawan yang tidak hadir dalam follow
up seperti yang telah dijanjikan telah dikeluarkan dari penelitian dan dua
relawan tidak dapat hadir pada dua follow up yang terakhir sehingga sisanya 15
relawan menyelesaikan penelitian secara komplit dan memberikan tingkat
partisipasi 57,69% ( n = 15). Konstitusi dari dua puluh dua relawan yang
mengikuti penelitian ini adalah sebagai berikut: laki-laki (n = 20; 90,90%),
perempuan (n = 2; 9,10%). Semua relawan telah berumur atas 18 tahun.
Perbedaan antara pergerakan pasif dan aktif, Skor sakit dan
Kenyamanan sebelum dan setelah Terapi Bekam
Tabel di bawah ini menunjukkan adanya peningkatan yang
berarti baik aktif maupun pasif dari pergerakan, sebagaimana adanya pengurangan
rasa sakit dan peningkatan kenyamanan. Std. Deviasi sebelum bekam untuk PROM (M
± SD) (142,64 ± 11,168), dan tiga minggu setelah bekam Std. Deviasi nya (151.67
± 5.96). Begitu juga untuk AROM, Std. Deviasi sebelum bekam untuk AROM (134.14
± 16.53) dan tiga minggu setelah bekam Std. Deviasi nya (147.24 ± 7.04). Hal
yang sama juga dapat dilihat pada skor sakit dan kenyamanan. Std. Deviasi
sebelum bekam untuk Sakit adalah (5.38 ± 2.8), dan tiga minggu setelah bekam
Std. Deviasi nya (1.29 ± 2.02). Std. Deviasi sebelum bekam untuk kenyamanan
adalah (7,21 ± 1,65), dan tiga minggu setelah bekam St. Deviasinya adalah (8,29
± 1,20).
Tabel 1: Menampilkan perbedaaan Pasif dan aktif pergerakan,
skor sakit dan kenyamanan
sebelum dan setelah Terapi Bekam.
Signifikansi perbedaan skor subjek sebelum dan setelah bekam
Seperti yang dapat kita lihat pada tabel di atas terdapat
perbedaan nyata dalam setiap hasil skor pengukuran antara sebelum bekam dan
tahap follow up. Pasangan sampel t-test dilakukan untuk memastikan perbedaan
signifikansi statistik antara skor sakit, rerata pergerakan dan kenyamanan:
segera setelah bekam, 1 minggu setelah bekam, 2 minggu setelah bekam dan 3
minggu setelah bekam.
Tabel 2: Menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam skor
subjek sebelum dan setelah bekam
Tabel di atas menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan dalam statistik Passive Ranger of Motion (PROM), Active Ranger of
Motion(AROM), Skala Analog Sakit Visual dan Skala Analog Kenyamanan Visual
sebelum dan setelah Terapi Bekam; p = 0,05 pada semua hasil pengukuran.
Pembahasan
Efek dari Terapi Bekam pada rerata pergerakan dan tingkat
pengurangan rasa sakit (Tabel 1 dan 2)
Tingkat rasa sakit yang dirasakan oleh subyek penelitian
setelah bekam adalah jauh lebih rendah dibandingkan dengan sebelum dibekam. Hal
ini dapat dilihat pada tabel 1 yang menunjukkan perbedaan antara rerata
pergerakan pasif dan aktif (ROM), Skor Sakit dan Kenyamanan sebelum dan setelah
Terapi Bekam.
Tampak bahwa skor sakit memiliki perubahan yang sama dengan
range skor pergerakan. Rata-rata skor sakit menurun dari 5,14 ke 1,26 setelah
minggu ketiga. Terjadi penurunan yang cukup besar pada tingkatan persepsi rasa
sakit dan pada pasangan sampel t-test ditemukan adanya perbedaan nilai yang
signifikan secara statistik segera setelah bekam, 1 minggu dan 2 minggu dan
juga 3 minggu setelah bekam (p <0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
intervensi terhadap nyeri lutut anterior (dengan bekam) dapat mengakibatkan penurunan
tingkatan persepsi rasa sakit yang signifikan yang dirasakan oleh individu
(Clark et al, 2000). Juga jelas terlihat bahwa tingkatan rasa sakit maksimum
yang dirasakan oleh individu berkurang sebesar 50% (dari 10/10 menjadi 5/10) di
akhir penelitian. Hasil tersebut sangatlah penting mengingat Terapi Bekam telah
lama dianjurkan sebagai terapi yang efektif untuk mengobati nyeri (Cassileth,
2004 dan Hennawy 2004). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini melengkapi
saran yang dibuat oleh banyak praktisi bekam di seluruh dunia.
Tampak bahwa range pergerakan aktif maupun pasif meningkat
cukup baik setelah bekam. The mean AROM pre cupping was 134.14degrees with the
minimum ROM being 95degress. Rerata AROM sebelum bekam adalah 134.14 derajat
dengan ROM minimum 95 derajat. Nilai rerata nya telah meningkat menjadi 143
derajat pada 1 minggu setelah bekam dan skor minimum telah meningkat menjadi
124 derajat. Pada minggu ketiga, nilai rerata telah meningkat menjadi 147.24
derajat dan skor minimum telah meningkat menjadi 128 derajat. Setelah pengujian
dengan pasangan sampel t-test ditemukan adanya perbedaan skor yang signifikan
secara statistik beberapa saat setelah bekam, serta 1, 2 dan 3 minggu setelah
bekam (p <0,05). Begitu juga perbedaan yang signifikan secara statistik
terlihat pada PROM. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa terapi bekam secara
signifikan mampu meningkatkan range pergerakan sendi lutut baik aktif maupun
pasif.
Adanya penurunan skor sakit tersebut dapat dikaitkan dengan
alasan yang rasional yakni bekam dapat menyebabkan pengeluaran zat seperti
morfin (Endorfin), Serotonin atau Kortisol yang pada akhirnya dapat membantu
menghilangkan sakit dan memperbaiki status fisiologis seseorang(Schulte, 1996).
Akupressure dan Akupunktur dalam faktanya telah digunakan dan terbukti berguna
untuk meredakan nyeri dan penanganan addiksi/ketagihan(Schulte, 1996; Hinze,
1988; Cadwell, 1998). Pada tingkat biologis, seperti halnya Akupressure dan
Akupunktur, Terapi Bekam bekerja dengan cara merangsang atau mengaktifkan (1)
sistem kekebalan tubuh; (2) Pengeluaran Enkefalin; (3) Pelepasan
neurotransmitter (4) Penyempitan dan pelebaran pembuluh darah serta (5) Gerbang
rasa nyeri pada Sistim Syaraf Pusat (CNS) yang berfungsi mengartikan sensari
rasa nyeri (NIH Consensus Development Panel, 1998; Schulte, 1996). Akhirnya,
diyakini bahwa perangsangan pada titik Akupuntur dapat mengakibatkan Gerbang
nyeri menjadi kewalahan dengan cara meningkatkan frekuensi impulse, sehingga
akhirnya menutup gerbang dan dapat meredakan nyeri(Oumeish, 1998; Cadwell,
1998).
Pengaruh Terapi Bekam terhadap Kenyamanan (Tabel 1 dan 2)
Adalah tidak mungkin untuk mengukur pengaruh intervensi
seperti Terapi Bekam secara kwantitas terhadap kehidupan seseorang dengan
sebenar-benarnya. Pendekatan secara kualitatif untuk mengetahui pengaruh terapi
dari perspektif pasien mungkin merupakan interpretasi yang lebih akurat
daripada pengaruh umum. Namun demikian skala analog serupa dengan VAS Sakit
yang digunakan untuk mengukur secara kwantitas pengaruh terapi bekam terhadap
kenyamanan seseorang. Rerata skor kenyamanan VAS telah meningkat dari 7,21 ke
8,23; secara keseluruhan peningkatannya lebih dari 1. Peningkatan skor
kenyamanan stabil sepanjang penelitian, hal tersebut mencerminkan keyakinan
bahwa Terapi Bekam memiliki dampak positif pada kenyamanan. Temuan ini didukung
oleh uji pasangan sampel t-test (p = = 0,05). Hennawy (2004) juga mendukung hal
tersebut.
Oleh karena itu sangatlah wajar untuk menetapkan bahwa
adanya manfaat biologis terapi bekam bersama dengan factor psikologis dalam
memberikan kesehatan fisik dan kenyamanan psikologis.
Kesimpulan
Penelitian ini bukan ditujukan untuk suatu bagian
penyelidikan semata tapi untuk melaksanakan perubahan dalam praktek kesehatan.
Lebih dari itu tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki dan juga
meningkatkan kesadaran mengenai penanganan dengan terapi bekam dan mendapatkan
hal-hal penting yang berkaitan dengan hal tersebut. Keampuhan dari penggunaan
bekam untuk nyeri lutut anterior, Range Gerakan dan kenyamanan telah
mengungkapkan hasil penelitian yang memiliki perbedaan signifikan secara
statistik dalam mendukung Terapi Bekam. Diharapkan juga bahwa sebagai sebuah
tindakan, Terapi Bekam perlu diatur dan dilakukan pencatatan oleh para praktisi
yang mengembangkannya. Penelitian jangka panjang lanjutan yang berkaitan dengan
efek Terapi Bekam harus dilakukan untuk masalah musculoskeletal (otot dan
tulang) yang lain.
Lampiran
Lampiran 1
Lampiran 2: Paket Penilaian
Diterjemahkan oleh dr. Abu Hana Untuk http://kaahil.wordpress.com
Referensi
Al Dairani et al,. [n/a] 2001 and 2003 avialable at
www.thingsnotsaid.org – accessed June 2005
Al-Jawzeyah I. Q. (10 th century) Medicine of the Prophet.
Darussalam International Publications.
Al-Rawi and Nessan AH (1997) Joint hypermobility in patients
with chondromalacia patellae.;Br J Rheumatol 1997 Dec;36(12):1324-7
Al-Rub A (1999) Healing with the Medicine of the Prophet.
Darussalam International Publishers and Distributors.
As-Sawi A, J, M (1992) Proposed Medical research Projects
derived from the Qur’an and Sunnah. Hay’at al-I’jaz al-Ilmi. Makkah Al-mukarramah , Saudi
Arabia
Ballegaard, S., Norrelund, S. & Smith, D. F., 1996.
Cost-benefit of combined use of acupuncture, Shiatsu and lifestyle adjustment
for treatment of patients with severe angina pectoris. Acupuncture &
Electro-Therapeutics Research. 21(3-4): 187-197
Cadwell, V., 1998. A primer on acupuncture. Journal
Emergency Nursing. 24(6): 514-517
Chen A., 1993. Effective acupuncture therapy for stroke and
cerebrovascular disease, part I. In: Gosman-Hedstrom, G.; Glaesson, L.;
Klingenstierna, U.; Carlsson, J.; Olausson, B.; Frizell, M.; Fagerberg, B.
& Blomstrand, C., 1998. Effects of acupuncture treatment on daily life
activities and quality of life: a controlled, prospective, and randomized study
of acute stroke patients. Stroke: A Journal of Cerebral Circulation. 29(10):
2100-2108
Chirali, I. Z (1999)
Traditional Chinese Medicine Cupping Therapy, 6th Edition. Churchill
Livingstone.
Clark D, I (2000), N Downing, J Mitchell, L Coulson, E P
Syzpryt, M Doherty. Physiotherapy for anterior knee pain: a randomised
controlled trial Ann Rheum Dis 2000;59:700-704
Commission for Racial Equality (1999) Ethnic minorities in
Britain (WWW). Available at http://www.cre.gov.uk/pdfs/em_fs.pdf (accessed 17
January 2003)
Crespo, C.J., Smit, E., Andersen, R.E., Carter-Pokras, O.
and Ainsworth, B.E. (2000) Race/ethnicity, social class and their relation to
physical activity during leisure time: results from the Third National Health
and Nutrition Examination Survey. American Journal of Preventive Medicine
18(1), 46-53
Curtis N, J (2005), Management of Urinary tract Infections:
historical perspective and current strategies: Part 1-before antibiotics.
Journal of Urology. 173(1):21-26, January 2005.
Department of Health (2001) National Service Framework for
Older People. London ,
The Stationary Office
Duckworth, M. (1999) Outcome selection and typology.
Physiotherapy 85(1), 21-27
Ernst, E. & White, A. R., 2000. Acupuncture may be
associated with serious adverse events. British Medical Journal. 320(7233): 513
Fairbank 1984) cited by D.P. Johnson 2005 Anatomy, Diagnosis
Mechcanics and Management of Anterior Knee Pain (available from
http://www.orthopaedics.co.uk/boc/v2rinfo10.htm – accessed July 2005
Falkenstrom, M. K., 1998. Pain management of the patient
with cancer in the homecare setting. Journal of Intravenous Nursing. 21(6):
327-334
Felhendler, D. & Lisander, B., 1996. Pressure on
acupoints decrease postoperative pain. Clinical Journal of Pain. 12(4): 326-329
Fessele, K. S., 1996. Managing the multiple causes of nausea
and vomiting in the patient with cancer. Oncology Nursing Forum. 23(9):
1409-1415
Freeman, J.A. (2002) Assessment, outcome measurement and
goal setting in physiotherapy practice. In Edwards, S. (ed) Neurological
Physiotherapy (2 nd edition). Churchill Livingstone, London
Hargreaves, S. (2000) Burden of ageing population may be
greater than anticipated. The Lancet 355, 2146
Hennawy M (2004). Cupping therapy and Infertility. Available
at: http://www.obgyn.net/english/pubs/features/presentations/hennawy15/280,1
Cupping Therapy and Infertility. Accessed December 2004.
Hinze, M. L. M., 1988. The effects of therapeutic touch and
acupressure on experimentally induced pain [thesis (Ph.D.)--University of Texas
at Austin ] Ann Arbor ,
Mich. , U.M.I., America
Jadad, A. R. & Browman, G. P., 1995. The WHO analgesic
ladder for cancer pain management: stepping up the quality of its evaluation.
The Journal of the American Medical Association. 274(23): 1870-1873.
Jin, Y.; Wu, L. & Xia, Y., 1996. Clinical study on
painless labor under drugs combined with acupuncture analgesia. Chen Tzu Yen
Chiu Acupuncture Research. 21(3): 9-17
King, C., Castro, C., Wilcox, S., Eyler, A.A., Sallis, J.F.
and Brownson, R.C. (2000) Personal and environmental factors associated with
physical inactivity among different racial-ethnic groups of U.S middle-aged and
older-adult women. Health Psychology 19(4), 354-364
Lee, T. A (2001)
Chinese Way Of Easing Pain – Acupressure. Pain,
Symptom Control and Palliative Care 1:1
Levangie, P. K and Norkin, C.C (2001) Joint Structure and
Function. A Comprehensive Analysis, 3 rd Edition
Longsdale, I. (2005) Manager of The Spa at County Hotel, London . Discussion re.
‘the use of cupping therapy in Eastern Europe ’
Michalsen A, Klotz S, Ludtke R, Moebus S, Spahn G, Dobos GJ
(2003) . Effectiveness of leech therapy in osteoarthritis of the knee: a
randomized, controlled trial. Ann Intern Med. 2003 Nov 4;139(9):724-30
Munro, J., Brazier, J., Davey, R. and Nicholl, J. (1997)
Physical activity for the over-65’s – could it be a cost-effective exercise for
the NHS? Journal of Public Health Medicine 19(4), 397-402
NIH Consensus Development Panel on Acupuncture, 1998.
Acupuncture (NIH consensus conference). Journal of the American Medical
Assoication. 280(17): 1518-1542
Oumeish, O. Y., 1998. The philosophical, cultural, and
historical aspects of complementary, alternative, unconventional, and
integrative medicine in the old world. Archives of Dermatology. 134(11):
1373-1386
Pettinger, N. (1998) Age Old Myths. Health Service Journal
108, 24-25
Schulte, E., 1996. Complementary therapies: Acupuncture:
Where East meets West. Research Nursing. 59(10): 55-57
Unschuld P, Medicine in China :
A History of Ideas, 1985 University of
California Press, Berkeley , CA
Vickers, A. & Zollman, C., 1999. ABC of complementary
medicine: Acupuncture (Clinical Review). British Medical Journal. 319(7215):
973-976
Source :
http://arbiant blogspot.com/2010/11/jurnal-ilmiah-bekam-penelitian-pengaruh.html
Untuk
informasi Bekam hubungi :
Rumah
Sehat Thera Afiat
Jl.
Kelapa Sawit Blok D/D No. 15
Samping
Pusat Kajian Al Quran dan Informasi Islam
Kelapagading
Telp./WA 08111494599
08788
3171247
Pin
28303BAC
Source:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar