Bekam Merupakan Pengobatan
Ilmiah
Bekam bukanlah pengobatan klenik dan pengobatan paranormal. Karena
pengobatan bekam memiliki ciri-ciri :
- Ilmunya
didapat dengan belajar, walaupun bisa dipelajari tanpa guru.
- Siapa
saja yang belajar bekam pasti bisa melakukannya.
- Tidak
bisa dilakukan dengan jarak jauh.
- Kesembuhan
diperoleh dengan proses membekamnya, bukan karena orang yang membekam.
- Bekam
tidak menimbulkan efek, walaupun yang dibekam tidak percaya.
Berdasarkan ciri di atas maka jelaslah bahwa bekam bukanlah ilmu sihir
melainkan ilmu pengobatan ilmiah. Agar lebih lengkap berikut ini penjelasan
dari jurnal ilmiah di Inggris :
Penelitian Pengaruh Terapi
Bekam untuk Penanganan Nyeri Lutut Anterior (Bagian Depan) dan potensi
peranannya dalam Promosi Kesehatan
Objektif:
Untuk mengetahui pengaruh Terapi Bekam dalam
tingkatan patofisiologis pada
penanganan Nyeri lutut anterior
(bagian depan) dan dampaknya terhadap kualitas hidup serta kenyamanan.
Metode:
Survei eksperimen menggunakan percobaan klinis dan
kuesioner. Penelitian lanjutan dilakukan selama tiga minggu untuk mengetahui
pengaruh jangka panjang efek terapi dengan menggunakan penilaian obyektif
maupun subyektif. Metode ini memungkinkan peneliti untuk mengetahui berapa
banyak variabel independen menyebabkan peserta penelitian mengalami perubahan [1](Dane, 1990).
Hasil:
Terdapat perbedaan statistik yang signifikan dalam
tingkat rasa sakit, kenyamanan dan rerata pergerakan pada pasien dengan nyeri
lutut anterior antara sebelum dan
setelah bekam (P <0,05).
Kesimpulan:
Telah dilakukan penelitian mengenai keampuhan (Efikasi) Terapi bekam untuk penanganan
nyeri lutut anterior serta kenyamanan dan pergerakannya, hasil penelitian
menunjukkan adanya perbaikan pada peserta penelitian sebagai akibat dari Terapi
Bekam. Dianjurkan untuk dilakukan studi lebih lanjut dengan menggunakan sample penelitian yang lebih besar dan
waktu yang lebih lama.
Pendahuluan
Bekam merupakan metode pengobatan klasik yang
telah digunakan dalam perawatan dan pengobatan berbagai masalah kesehatan
diantaranya : Penyakit darah seperti hemofili
dan hipertensi, Penyakit reumatik mulai dari artritis, sciatica/nyeri panggul, sakit punggung, migren, gelisah/anxietas dan masalah fisik umum maupun
mental. Tujuan bekam adalah untuk membuang darah dari dalam tubuh yang diyakini
dapat merusak tubuh dan pada gilirannya berpotensi merugikan mulai dari gejala
biasa sampai yang mengarah pada menurunnya derajat kesehatan.
Sejarah dan asal mula Terapi
Bekam
Secara tradisional, Terapi bekam telah
dipraktekkan oleh banyak budaya dalam satu bentuk atau lainnya. Di Inggris
praktek Terapi bekam juga telah tercatat dalam kurun waktu yang lama dengan
salah satu jurnal kesehatan ‘The Lancet‘
yang diberi nama setelah adanya praktek ini. Lanset merupakan salahsatu peralatan
bedah tradisional yang digunakan untuk membuang kelebihan darah yakni venaseksi dan digunakan untuk membedah bisul
(Abses). Kata dalam bahasa Arab untuk
Terapi Bekam adalah Al-Hijamah yang
berarti untuk mengurangi ukuran yakni untuk mengembalikan tubuh pada kondisi
alamiah.
Praktek Al-Hijamah telah menjadi bagian dari
budaya Timur Tengah selama ribuan tahun sebagaimana telah ada pada catatan di
zaman Hipokrates (400 SM). Di belahan barat, yang pertama melakukan Terapi
Bekam adalah orang-orang Mesir kuno, dan yang tertua terekam dalam Textbook
berjudul “ Ebers Papyrus” yang
ditulis sekitar tahun 1550 SM di negeri Mesir menyebutkan masalah bekam [2](Curtis, 2005).
Terapi
bekam secara umum dapat dibagi menjadi dua kategori: Bekam kering (Dry Cupping) dan Bekam basah (Wet Cupping). Terapi bekam kering
cenderung lebih banyak dipraktekkan di wilayah Timur Jauh, sedangkan Bekam
basah menjadi favorit di wilayahTimur Tengah dan Eropa Timur. Untuk tujuan
penelitian ini dilakukan penyelidikan Terapi bekam basah yang kemudian disebut
sebagai Terapi Bekam.
Penggunaan Terkini Terapi
Bekam
Pengobatan Komplementer dan Alternatif (CAM= Complementary and Alternative
Medicine) akhir-akhir ini menjadi lebih populer di masyarakat dan
mendapatkan kredibilitas dalam dunia Biomedis
kesehatan [3](Hill, 2003).
Survei menunjukkan bahwa sekitar sepertiga dari penduduk Inggris [4](Ernst, 1996) dan sedikit lebih tinggi
di Amerika Serikat [5](Wootton dan Sparber, 2001) menggunakan CAM. Selain itu, mainstream
dunia kesehatan yang meminta bukti lebih lanjut untuk CAM semakin tertarik pada
beberapa bentuk CAM [6](Hoffman, 2001).
Khasiat Medis dari Terapi
Bekam
Menurut Hennawy[7] (2004), Terapi
Bekam diindikasikan untuk penanganan gangguan darah, mengobati nyeri,
inflamasi/peradangan, relaksasi fisik dan mental, varises pada pembuluh darah
vena dan masase jaringan dalam serta memberikan hingga 50% peningkatan pada
tingkat kesuburan.
Prinsip-prinsip Akupunktur dan Akupressure
sangatlah mirip dengan Terapi Bekam basah, hanya saja pada bekam basah melibatkan
pengeluaran darah sedangkan pada Akupunktur dan Akupressure menggunakan isapan
dan stimulasi pada titik-titik tertentu untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Pengeluaran darah (Blood letting) itu
sebenarnya merupakan salahsatu di antara teknik Akupunktur tertua[8]
(Dharmananda, 2004). Diperkirakan
bahwa Akupunktur awalnya merupakan metode penusukan bisul dari kulit, kemudian
dikembangkan untuk mengeluarkan “darah kotor” yang umumnya disertai cedera atau
demam dan pada akhirnya dapat mengeluarkan roh jahat dan atmosfir Qi yang jelek
(terutama “angin”) keluar dari dalam tubuh [9](Unschuld, 1985).
Fokus perhatian kembali pada penelitian tradisi
pengobatan Cina dimana penemuan Akupressure dan Akupunktur dalam meredakan
nyeri telah membuktikan bahwa dengan metode tersebut dapat melepaskan zat
seperti morfin (Endorfin), Serotonin atau
Kortisol yang pada akhirnya dapat
meredakan nyeri dan membantu memperbaiki status fisiologis individu [10](Schulte,
1996). Akupressure dan Akupunktur dalam faktanya telah digunakan dan terbukti
berguna untuk meredakan nyeri dan penanganan addiksi/ketagihan[11]
(Schulte, 1996; Hinze, 1988; Cadwell,
1998).
Pada tingkat biologis;
Akupressure dan Akupunktur bekerja dengan cara merangsang atau mengaktifkan
(1) sistem kekebalan tubuh;
(2) Pengeluaran Enkefalin;
(3) Pelepasan neurotransmitter
(4) Penyempitan dan pelebaran pembuluh darah serta
(5) Gerbang rasa nyeri pada Sistim Syaraf Pusat
(CNS) yang berfungsi mengartikan sensari rasa nyeri[12]
(NIH Consensus Development Panel, 1998;
Schulte, 1996). Akhirnya, diyakini bahwa perangsangan pada titik Akupuntur
dapat mengakibatkan Gerbang nyeri menjadi kewalahan dengan cara meningkatkan frekuensi impulse, sehingga akhirnya
menutup gerbang dan dapat meredakan nyeri[13](Oumeish, 1998; Cadwell, 1998).
Menurut Institut Kesehatan Nasional (NIH)
Consensus Development Panel (1997), Akupunktur juga efektif menangani mual dan
muntah akibat kemoterapi, mual pada kehamilan, sakit gigi, adjunct therapy, kasus addiksi, rehabilitasi stroke, sakit kepala,
kram haid, tennis elbow, fibromyalgia,
nyeri punggung bawah (LBP), carpal tunnel
syndrome, asma dan sebagainya[14]
(Lee, 2001). Mengingat relatif
rendahnya biaya CAM pada umumnya sehingga integrasi antara terapi dalam mainstream kesehatan publik tidak
diragukan lagi akan dapat meringankan beban keuangan dan waktu pada sistem
sistem kesehatan kita ini.
Sebagaimana bekam juga ditujukan sebagai terapi
yang efektif untuk penanganan nyeri dan memiliki kesamaan dengan teori
Akupunktur dan Akupressure, sehingga sangatlah mungkin Terapi Bekam memiliki
aksi mekanisme biologis yang sama pula seperti disebutkan diatas dalam hal
meredakan nyeri.
Penelitian Pengaruh Terapi Bekam untuk Penanganan
Nyeri Lutut Anterior (Bagian Depan)
dan potensi peranannya dalam Promosi Kesehatan
Dari artikel :
knee-radiologyKaleem
Ullah, Ahmed Younis & Mohamed Wali: An investigation into the effect of
Cupping Therapy as a treatment for Anterior Knee Pain and its potential role in
Health Promotion.: The Internet Journal of Alternative Medicine. 2007; Volume
4, Number 1.
Kaleem
Ullah, MSc Physiotherapy, University of East Anglia UK
Ahmed
Younis, Principal Lecturer St Georges University of London UK
Mohamed
Wali, St Georges University of London UK
Nyeri Lutut Anterior dan
Terapi Bekam
Sebagaimana diketahui bahwa cedera lutut merupakan
cedera serius yang paling sering terjadi selama kegiatan olahraga [15](Johnson, 2005). Potensi Terapi Bekam
untuk penanganan nyeri lutut anterior dan dihubungkan dengan tingkat morbiditas
terkait haruslah dilakukan penelitian, dikarenakan seperti yang disebutkan
sebelumnya memiliki implikasi dalam cost dan kesehatan yang memang menjanjikan.
Diharapkan bahwa Terapi Bekam disarankan secara medis dan fisioterapi untuk
penanganan Nyeri lutut anterior akan bekerja dengan baik sebagaimana penelitian
yang menunjukkan bahwa penanganan konvensional untuk Nyeri Lutut Anterior (AKP) efektif dalam mengurangi tingkat
keparahan AKP dan juga memiliki manfaat pada kenyamanan individu [16](Clark dkk., 2000).
Terapi Bekam dan etnis
penduduk minoritas
Populasi penduduk Inggris sangatlah beragam;
jumlah orang yang diklasifikasikan sebagai etnis minoritas mengalami
peningkatan,[17] (Commission for Racial Equality 1999). Hal ini juga menunjukan bahwa
penggunaan layanan kesehatan oleh penduduk etnis tidak proporsional dengan yang
untuk penduduk Kaukasia di Inggris[18]
(Crespo dkk., 2000) dan juga
inaktivitas fisik lebih banyak di kalangan etnis minoritas dibandingkan
Kaukasia, (King et al 2000). Oleh karena itu tindakan seperti Terapi Bekam
dapat membantu mengisi gap itu sama halnya Akupunktur dengan masyarakat Timur
Jauh.
Kontra-indikasi dan
Kehati-hatian Terapi
Terapi Bekam tidak memiliki efek samping yang
berarti, hanya berupa ketidaknyamanan minimal akibat sedikit intervensi pada
kulit pasien. Dalam kasus di mana pasien memiliki ambang batas nyeri yang
rendah, dapat diberikan pembiusan lokal. Begitu juga efek samping ringan
lainnya yang mungkin terjadi adalah rasa sedikit berkunang-kunang setelah
Terapi Bekam, sekali lagi ini adalah mirip seperti setelah pengambilan darah
oleh dokter, pada saat bekam darah terdorong mengalir ke daerah yang dibekam (hiperemis ), beberapa kadang merasa
hangat dan lebih panas sebagai akibat dari pelebaran pembuluh darah/vasodilatasi dan sedikit berkeringat
mungkin terjadi. Sekali lagi ini dapat dijelaskan secara ilmiah dan rasional,
tidak ada alasan yang memicu kekhawatiran.
Wanita hamil atau sedang menstruasi, pasien kanker (metastasis) dan pasien
dengan patah tulang atau spasme otot dikontraindikasikan untuk penelitian ini.
Demikian juga, Terapi Bekam tidak dapat diterapkan di daerah DVT, di mana
terdapat ulkus, arteri atau tempat di mana denyutan pembuluh darah dapat
dirasakan[19] (Chirali, 1999).
Tujuan penelitian
* Mengevaluasi pengaruh Terapi Bekam pada Nyeri
Lutut Anterior (AKP), Rentang pergerakannya dan dampak terhadap kualitas hidup
dan kenyamanan.
Pengujian hipotesa
* Terapi Bekam tidak berpengaruh pada persepsi
nyeri lutut, Rentang pergerakan dan kenyamanan.
Metodologi dan desain
penelitian
Metode penelitian ini adalah suatu survey
eksperimental dengan menggunakan metodologi percobaan klinis dan kuesioner. Follow up dilakukan selama 3 minggu
untuk mengetahui pengaruh jangka panjang efek terapi dengan menggunakan
penilaian obyektif maupun subyektif. Pengukuran Subyek penelitian diambil
sebelum dan sesudah tes.
Penelitian ini dirancang setelah dilakukan
tinjauan pustaka yang intensif, diskusi dengan praktisi bekam, pengamatan
teknik aplikasi di lapangan, dan diskusi serta komunikasi dengan para praktisi
dan pusat-pusat yang terlibat dalam praktek bekam (terutama di Timur Tengah).
Setelah itu, prosedur untuk aplikasi bekam pada penelitian ini ditentukan(lihat
prosedur aplikasi bekam).
Lembar penilaian (lihat Lampiran 1) dirancang
untuk memasukkan data informasi pasien, riwayat medis terdahulu dan sekarang, pengukuran tanda-tanda vital (detak
nadi, tekanan darah dan saturasi O2 hanya untuk tujuan monitoring). Semua
pengukuran dan pertanyaan dilakukan oleh peneliti yang sama sebelum dan setelah
bekam untuk meningkatkan validitas dan kehandalan (reliabilitas).
Outcome
pengukuran yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Skala Analog
Sakit Visual (Pain VAS), Skala Analog
Kenyamanan Visual (Well Being VAS) dan Rerata Pergerakan sendi, baik Rerata Pergerakan Aktif (AROM) dan Rerata Pergerakan Pasif (PROM). Variabel
independen dalam penelitian ini adalah Terapi Bekam, dimana semua peserta
penelitian mendapatkannya. Variabel Independen yang diukur adalah Skala Sakit
dan Kenyamanan VAS serta Rerata Pergerakan lutut baik yang aktif maupun pasif.
Peserta juga ditanya mengenai pendapat mereka tentang bekam, kesehatan umum
serta kualitas hidup melalui kuesioner. Kuesioner dirancang secara hati-hati
dengan mengintegrasikan serangkaian pendekatan kualitatif generik seperti
kuesioner Kualitas Hidup World Health
Organization (WHOQOL-100), EuroQol-5D (EQ-5D) dan the 15D Health Related
Quality of Life (15D); dengan tujuan untuk memperoleh kuesioner yang khusus
untuk Terapi Bekam. Sebelum dilakukan penelitian utama, kuesioner telah
berhasil diuji dalam dua pilot studi.
Populasi dan sampel
penelitian
Target populasi untuk penelitian ini adalah
masyarakat umum dominan di wilayah London dan yang saat ini tidak memiliki
afiliasi terhadap model bentuk tehnik kesehatan apapun. Subyek penelitian
direkrut dengan memanfaatkan berbagai teknik periklanan termasuk iklan di
sebuah stasiun radio nasional (Spektrum
Radio AM 558), sistem email universitas, dan acara TV dokumenter kesehatan
di saluran satelit ANN(Arab News
Network).
Kriteria inklusif :
* Subyek dengan masalah lutut dan berusia antara 20-80 tahun.
* Subyek yang sebelumnya tidak pernah dibekam di lutut atau di bagian tubuh
lainnya selama enam bulan sebelum penelitian ini.
Kriteria eksklusif
(pengecualian):
* Bayi
* Subyek yang menderita masalah jantung serius atau penyakit yang
menyebabkan individu rentan mengalami pendarahan.
* Ibu hamil
* Pasien Kanker
* Subyek dengan fraktur/patah tulang atau spasme otot di daerah lutut.
Instrumentasi
Menggunakan peralatan dasar untuk terapi bekam
termasuk sedotan pompa tangan, kop plastik ukuran yang sama dan peralatan
antiseptik.
Etika pertimbangan penelitian
Peserta penelitian diberi lembar informasi yang
menjelaskan secara detail prosedur penelitian, pemahaman subjek terhadap
penelitian dipertimbangkan dan formulir izin/kesediaan untuk ikut penelitian
diberikan sebelum penelitian dimulai. Subyek diizinkan kapanpun juga untuk
menarik diri dari penelitian, atau ingin melanjutkan penelitian dan mendapatkan
penjelasan/keterangan lanjut juga diperbolehkan untuk melakukannya. Persetujuan
Etika diminta dari Komite Penelitian
Kings College.
Prosedur penelitian
Prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut:
Sebelum aplikasi terapi dimulai, kami memastikan
bahwa:
* Subyek telah memenuhi prasyarat bekam (criteria inklusif).
* Kontra-indikasi telah dieliminasi
* Peralatan tersebut telah steril
* Subyek diingatkan dan dipahamkan kembali
mengenai efek samping ringan yang akan muncul
* Tekanan darah, detak nadi dan saturasi O2 diukur
dalam posisi duduk, kemudian subyek ditanya untuk mengidentifikasi tingkat rasa
nyeri mereka menggunakan skala analog visual dalam bahasa Inggris (dan juga
disediakan dalam terjemahan bahasa Arab, lihat
Lampiran 1) . Tanda-tanda vital yang diambil digunakan hanya untuk memantau
kondisi subjek secara umum.
* Pengamatan lutut dilakukan untuk mengetahui
setiap abnormalitas, kemudian rerata
pergerakan lutut diukur pada posisi terlentang oleh peneliti yang sama.
* Subyek diwawancarai oleh peneliti yang sama.
* Bekam dilakukan di lutut (sebelah lateral dari tendon otot quadriceps) menggunakan pisau
bedah agar steril dan dapat mengontrol kedalaman dan lebar sayatan. Gelas kop
digunakan pada daerah perlakuan dan darah dengan hati-hati dibuang sebanyak
tiga kali. Daerah yang telah dibekam kemudian dikelola sesuai dengan prosedur
dasar manajemen luka (yaitu antiseptik
dan perban).
* Semua pengukuran (tekanan darah, detak nadi dan
saturasi O2, termasuk rerata pergerakan lutut serta skala sakit dan kenyamanan)
diulang oleh peneliti yang sama segera setelah bekam dan kemudian satu, dua dan
tiga minggu setelah bekam.
Analisis data
Data tersebut dianalisis menggunakan analisis
deskriptif dalam bentuk minimum, maksimum, rerata, dan Standar Deviasi (SD). Uji pasangan sampel t-test digunakan untuk
menentukan perbedaan diantara subyek penelitian sebelum dan setelah bekam.
Tingkat signifikansi penelitian ini ditetapkan
pada 5%. Semua analisis data menggunakan Statistical
Package for Social Sciences (SPSS) v.12 untuk Windows.
Penelitian Pengaruh Terapi Bekam untuk Penanganan Nyeri
Lutut Anterior (Bagian Depan) dan potensi peranannya dalam Promosi Kesehatan
Dari artikel :
knee-radiologyKaleem Ullah, Ahmed Younis
& Mohamed Wali: An investigation into the effect of Cupping Therapy as a
treatment for Anterior Knee Pain and its potential role in Health Promotion.:
The Internet Journal of Alternative Medicine. 2007; Volume 4, Number 1.
Kaleem Ullah, MSc Physiotherapy,
University of East Anglia UK
Ahmed Younis, Principal Lecturer St
Georges University of London UK
Mohamed Wali, St Georges University of
London UK
H a s i l :
Rerata Respon
Sebanyak 26 orang relawan menyetujui untuk ikut
serta dalam penelitian. Empat relawan drop out sebelum dimulai penelitian. Dua
puluh dua relawan mulai mengikuti penelitian; lima relawan yang tidak hadir
dalam follow up seperti yang telah dijanjikan telah dikeluarkan dari penelitian
dan dua relawan tidak dapat hadir pada dua follow up yang terakhir sehingga
sisanya 15 relawan menyelesaikan penelitian secara komplit dan memberikan
tingkat partisipasi 57,69% ( n = 15). Konstitusi dari dua puluh dua relawan
yang mengikuti penelitian ini adalah sebagai berikut: laki-laki (n = 20;
90,90%), perempuan (n = 2; 9,10%). Semua relawan telah berumur atas 18 tahun.
Perbedaan antara pergerakan pasif dan aktif, Skor
sakit dan Kenyamanan sebelum dan setelah Terapi Bekam
Tabel di bawah ini menunjukkan adanya peningkatan
yang berarti baik aktif maupun pasif dari pergerakan, sebagaimana adanya
pengurangan rasa sakit dan peningkatan kenyamanan. Std. Deviasi sebelum bekam untuk PROM (M ± SD) (142,64 ± 11,168),
dan tiga minggu setelah bekam Std.
Deviasi nya (151.67 ± 5.96). Begitu juga untuk AROM, Std. Deviasi sebelum
bekam untuk AROM (134.14 ± 16.53) dan tiga minggu setelah bekam Std. Deviasi
nya (147.24 ± 7.04). Hal yang sama juga dapat dilihat pada skor sakit dan
kenyamanan. Std. Deviasi sebelum
bekam untuk Sakit adalah (5.38 ± 2.8), dan tiga minggu setelah bekam Std. Deviasi nya (1.29 ± 2.02). Std.
Deviasi sebelum bekam untuk kenyamanan adalah (7,21 ± 1,65), dan tiga minggu
setelah bekam St. Deviasinya adalah
(8,29 ± 1,20).
Tabel 1: Menampilkan perbedaaan Pasif dan aktif
pergerakan, skor sakit dan kenyamanan sebelum dan setelah Terapi Bekam.
Signifikansi perbedaan skor subjek sebelum dan
setelah bekam
Seperti yang dapat kita lihat pada tabel di atas
terdapat perbedaan nyata dalam setiap hasil skor pengukuran antara sebelum
bekam dan tahap follow up. Pasangan sampel t-test dilakukan untuk memastikan
perbedaan signifikansi statistik antara skor sakit, rerata pergerakan dan
kenyamanan: segera setelah bekam, 1 minggu setelah bekam, 2 minggu setelah
bekam dan 3 minggu setelah bekam.
Tabel 2: Menunjukkan perbedaan yang signifikan
dalam skor subjek sebelum dan setelah bekam
Tabel di atas menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan dalam statistik Passive Ranger
of Motion (PROM), Active Ranger of Motion(AROM), Skala Analog Sakit Visual
dan Skala Analog Kenyamanan Visual sebelum dan setelah Terapi Bekam; p = 0,05
pada semua hasil pengukuran.
Diskusi
Efek dari Terapi Bekam pada rerata pergerakan dan
tingkat pengurangan rasa sakit (Tabel 1 dan 2)
Tingkat rasa sakit yang dirasakan oleh subyek
penelitian setelah bekam adalah jauh lebih rendah dibandingkan dengan sebelum
dibekam. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 yang menunjukkan perbedaan antara
rerata pergerakan pasif dan aktif (ROM), Skor Sakit dan Kenyamanan sebelum dan
setelah Terapi Bekam.
Tampak bahwa skor sakit memiliki perubahan yang
sama dengan range skor pergerakan.
Rata-rata skor sakit menurun dari 5,14 ke 1,26 setelah minggu ketiga. Terjadi
penurunan yang cukup besar pada tingkatan persepsi rasa sakit dan pada pasangan
sampel t-test ditemukan adanya perbedaan nilai yang signifikan secara statistik
segera setelah bekam, 1 minggu dan 2 minggu dan juga 3 minggu setelah bekam (p
<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa intervensi terhadap nyeri lutut
anterior (dengan bekam) dapat mengakibatkan penurunan tingkatan persepsi rasa
sakit yang signifikan yang dirasakan oleh individu[20]
(Clark et al, 2000). Juga jelas
terlihat bahwa tingkatan rasa sakit maksimum yang dirasakan oleh individu
berkurang sebesar 50% (dari 10/10 menjadi 5/10) di akhir penelitian. Hasil
tersebut sangatlah penting mengingat Terapi Bekam telah lama dianjurkan sebagai
terapi yang efektif untuk mengobati nyeri[21]
(Cassileth, 2004 dan Hennawy 2004).
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini melengkapi saran yang dibuat oleh
banyak praktisi bekam di seluruh dunia.
Tampak bahwa range
pergerakan aktif maupun pasif meningkat cukup baik setelah bekam. The mean
AROM pre cupping was 134.14degrees with the minimum ROM being 95degress. Rerata
AROM sebelum bekam adalah 134.14 derajat dengan ROM minimum 95 derajat. Nilai
rerata nya telah meningkat menjadi 143 derajat pada 1 minggu setelah bekam dan
skor minimum telah meningkat menjadi 124 derajat. Pada minggu ketiga, nilai
rerata telah meningkat menjadi 147.24 derajat dan skor minimum telah meningkat
menjadi 128 derajat. Setelah pengujian dengan pasangan sampel t-test ditemukan
adanya perbedaan skor yang signifikan secara statistik beberapa saat setelah
bekam, serta 1, 2 dan 3 minggu setelah bekam (p <0,05). Begitu juga
perbedaan yang signifikan secara statistik terlihat pada PROM. Oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa terapi bekam secara signifikan mampu meningkatkan range
pergerakan sendi lutut baik aktif maupun pasif.
Adanya penurunan skor sakit tersebut dapat
dikaitkan dengan alasan yang rasional yakni bekam dapat menyebabkan pengeluaran
zat seperti morfin (Endorfin), Serotonin atau Kortisol yang pada akhirnya dapat
membantu menghilangkan sakit dan memperbaiki status fisiologis seseorang[22]
(Schulte, 1996). Akupressure dan
Akupunktur dalam faktanya telah digunakan dan terbukti berguna untuk meredakan
nyeri dan penanganan addiksi/ketagihan[23]
(Schulte, 1996; Hinze, 1988; Cadwell,
1998). Pada tingkat biologis, seperti halnya Akupressure dan Akupunktur,
Terapi Bekam bekerja dengan cara merangsang atau mengaktifkan (1) sistem
kekebalan tubuh; (2) Pengeluaran Enkefalin;
(3) Pelepasan neurotransmitter (4)
Penyempitan dan pelebaran pembuluh darah serta (5) Gerbang rasa nyeri pada
Sistim Syaraf Pusat (CNS) yang berfungsi mengartikan sensari rasa nyeri[24]
(NIH Consensus Development Panel, 1998;
Schulte, 1996). Akhirnya, diyakini bahwa perangsangan pada titik Akupuntur
dapat mengakibatkan Gerbang nyeri menjadi kewalahan dengan cara meningkatkan frekuensi impulse, sehingga akhirnya
menutup gerbang dan dapat meredakan nyeri [25](Oumeish, 1998; Cadwell, 1998).
Pengaruh Terapi Bekam
terhadap Kenyamanan (Tabel 1 dan 2)
Adalah tidak mungkin untuk mengukur pengaruh
intervensi seperti Terapi Bekam secara kwantitas terhadap kehidupan seseorang
dengan sebenar-benarnya. Pendekatan secara kualitatif untuk mengetahui pengaruh
terapi dari perspektif pasien mungkin merupakan interpretasi yang lebih akurat
daripada pengaruh umum. Namun demikian skala analog serupa dengan VAS Sakit
yang digunakan untuk mengukur secara kwantitas pengaruh terapi bekam terhadap
kenyamanan seseorang. Rerata skor kenyamanan VAS telah meningkat dari 7,21 ke
8,23; secara keseluruhan peningkatannya lebih dari 1. Peningkatan skor
kenyamanan stabil sepanjang penelitian, hal tersebut mencerminkan keyakinan
bahwa Terapi Bekam memiliki dampak positif pada kenyamanan. Temuan ini didukung
oleh uji pasangan sampel t-test (p = = 0,05). Hennawy (2004) juga mendukung hal
tersebut.
Oleh karena itu sangatlah wajar untuk menetapkan
bahwa adanya manfaat biologis terapi bekam bersama dengan factor psikologis
dalam memberikan kesehatan fisik dan kenyamanan psikologis.
Kesimpulan
Penelitian ini bukan ditujukan untuk suatu bagian
penyelidikan semata tapi untuk melaksanakan perubahan dalam praktek kesehatan.
Lebih dari itu tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki dan juga
meningkatkan kesadaran mengenai penanganan dengan terapi bekam dan mendapatkan
hal-hal penting yang berkaitan dengan hal tersebut. Keampuhan dari penggunaan
bekam untuk nyeri lutut anterior, Range
Gerakan dan kenyamanan telah mengungkapkan hasil penelitian yang memiliki
perbedaan signifikan secara statistik dalam mendukung Terapi Bekam. Diharapkan
juga bahwa sebagai sebuah tindakan, Terapi Bekam perlu diatur dan dilakukan
pencatatan oleh para praktisi yang mengembangkannya. Penelitian jangka panjang
lanjutan yang berkaitan dengan efek Terapi Bekam harus dilakukan untuk masalah musculoskeletal (otot dan tulang) yang
lain.
Lampiran:
Lampiran 1
Lampiran 2: Paket
Penilaian
Diterjemahkan
oleh dr. Abu Hana di http://kaahil.wordpress.com di publikasikan ulang oleh
PONDOK BEKAM THIBB AL-UMMAH untuk “ISLAMIC ZONE” di
http://thibbalummah.wordpress.com/
Referensi:
Al Dairani et al,. [n/a] 2001 and 2003 avialable
at www.thingsnotsaid.org – accessed June 2005
Al-Jawzeyah I. Q. (10 th century) Medicine of the
Prophet. Darussalam International Publications.
Al-Rawi and Nessan AH (1997) Joint hypermobility
in patients with chondromalacia patellae.;Br J Rheumatol 1997 Dec;36(12):1324-7
Al-Rub A (1999) Healing with the Medicine of the
Prophet. Darussalam International Publishers and Distributors.
As-Sawi A, J, M (1992) Proposed Medical research
Projects derived from the Qur’an and Sunnah. Hay’at al-I’jaz al-Ilmi. Makkah
Al-mukarramah, Saudi Arabia
Ballegaard, S., Norrelund, S. & Smith, D. F.,
1996. Cost-benefit of combined use of acupuncture, Shiatsu and lifestyle
adjustment for treatment of patients with severe angina pectoris. Acupuncture
& Electro-Therapeutics Research. 21(3-4): 187-197
Cadwell, V., 1998. A primer on acupuncture.
Journal Emergency Nursing. 24(6): 514-517
Chen A., 1993. Effective acupuncture therapy for
stroke and cerebrovascular disease, part I. In: Gosman-Hedstrom, G.; Glaesson,
L.; Klingenstierna, U.; Carlsson, J.; Olausson, B.; Frizell, M.; Fagerberg, B.
& Blomstrand, C., 1998. Effects of acupuncture treatment on daily life
activities and quality of life: a controlled, prospective, and randomized study
of acute stroke patients. Stroke: A Journal of Cerebral Circulation. 29(10):
2100-2108
Chirali, I. Z (1999) Traditional Chinese Medicine
Cupping Therapy, 6th Edition. Churchill Livingstone.
Clark D, I (2000), N Downing, J Mitchell, L Coulson,
E P Syzpryt, M Doherty. Physiotherapy for anterior knee pain: a randomised
controlled trial Ann Rheum Dis 2000;59:700-704
Commission for Racial Equality (1999) Ethnic
minorities in Britain (WWW). Available at http://www.cre.gov.uk/pdfs/em_fs.pdf
(accessed 17 January 2003)
Crespo, C.J., Smit, E., Andersen, R.E.,
Carter-Pokras, O. and Ainsworth, B.E. (2000) Race/ethnicity, social class and
their relation to physical activity during leisure time: results from the Third
National Health and Nutrition Examination Survey. American Journal of
Preventive Medicine 18(1), 46-53
Curtis N, J (2005), Management of Urinary tract
Infections: historical perspective and current strategies: Part 1-before
antibiotics. Journal of Urology. 173(1):21-26, January 2005.
Davis, C. M., 1997. Complementary Therapies in
Rehabilitation. Holistic Approaches for Prevention and Wellness. SLACK Inc.,
Thorofare, New Jersey, USA
Department of Health (2001) National Service
Framework for Older People. London, The Stationary Office
Duckworth, M. (1999) Outcome selection and
typology. Physiotherapy 85(1), 21-27
Ernst, E. & White, A. R., 2000. Acupuncture
may be associated with serious adverse events. British Medical Journal.
320(7233): 513
Fairbank 1984) cited by D.P. Johnson 2005 Anatomy,
Diagnosis Mechcanics and Management of Anterior Knee Pain (available from
http://www.orthopaedics.co.uk/boc/v2rinfo10.htm – accessed July 2005
Falkenstrom, M. K., 1998. Pain management of the
patient with cancer in the homecare setting. Journal of Intravenous Nursing.
21(6): 327-334
Felhendler, D. & Lisander, B., 1996. Pressure
on acupoints decrease postoperative pain. Clinical Journal of Pain. 12(4):
326-329
Fessele, K. S., 1996. Managing the multiple causes
of nausea and vomiting in the patient with cancer. Oncology Nursing Forum.
23(9): 1409-1415
Freeman, J.A. (2002) Assessment, outcome
measurement and goal setting in physiotherapy practice. In Edwards, S. (ed)
Neurological Physiotherapy (2 nd edition). Churchill Livingstone, London
Hargreaves, S. (2000) Burden of ageing population
may be greater than anticipated. The Lancet 355, 2146
Hennawy M (2004). Cupping therapy and Infertility.
Available at:
http://www.obgyn.net/english/pubs/features/presentations/hennawy15/280,1
Cupping Therapy and Infertility. Accessed December 2004.
Hinze, M. L. M., 1988. The effects of therapeutic
touch and acupressure on experimentally induced pain [thesis
(Ph.D.)--University of Texas at Austin] Ann Arbor, Mich., U.M.I., America
Jadad, A. R. & Browman, G. P., 1995. The WHO
analgesic ladder for cancer pain management: stepping up the quality of its
evaluation. The Journal of the American Medical Association. 274(23):
1870-1873.
Jin, Y.; Wu, L. & Xia, Y., 1996. Clinical
study on painless labor under drugs combined with acupuncture analgesia. Chen
Tzu Yen Chiu Acupuncture Research. 21(3): 9-17
King, C., Castro, C., Wilcox, S., Eyler, A.A.,
Sallis, J.F. and Brownson, R.C. (2000) Personal and environmental factors
associated with physical inactivity among different racial-ethnic groups of U.S
middle-aged and older-adult women. Health Psychology 19(4), 354-364
Lee, T. A (2001) Chinese Way Of Easing Pain –
Acupressure. Pain, Symptom Control and Palliative Care 1:1
Levangie, P. K and Norkin, C.C (2001) Joint
Structure and Function. A Comprehensive Analysis, 3 rd Edition
Longsdale, I. (2005) Manager of The Spa at County
Hotel, London. Discussion re. ‘the use of cupping therapy in Eastern Europe’
Michalsen A, Klotz S, Ludtke R, Moebus S, Spahn G,
Dobos GJ (2003) . Effectiveness of leech therapy in osteoarthritis of the knee:
a randomized, controlled trial. Ann Intern Med. 2003 Nov 4;139(9):724-30
Munro, J., Brazier, J., Davey, R. and Nicholl, J.
(1997) Physical activity for the over-65′s – could it be a cost-effective
exercise for the NHS? Journal of Public Health Medicine 19(4), 397-402
NIH Consensus Development Panel on Acupuncture,
1998. Acupuncture (NIH consensus conference). Journal of the American Medical
Assoication. 280(17): 1518-1542
Oumeish, O. Y., 1998. The philosophical, cultural,
and historical aspects of complementary, alternative, unconventional, and
integrative medicine in the old world. Archives of Dermatology. 134(11):
1373-1386
Pettinger, N. (1998) Age Old Myths. Health Service
Journal 108, 24-25
Schulte, E., 1996. Complementary therapies:
Acupuncture: Where East meets West. Research Nursing. 59(10): 55-57
Unschuld P, Medicine in China: A History of Ideas,
1985 University of California Press, Berkeley, CA
Vickers, A. & Zollman, C., 1999. ABC of
complementary medicine: Acupuncture (Clinical Review). British Medical Journal.
319(7215): 973-976
Untuk
informasi Bekam hubungi :
Rumah
Sehat Thera Afiat
Jl.
Kelapa Sawit Blok D/D No. 15
Samping
Pusat Kajian Al Quran dan Informasi Islam
Kelapagading
Telp./WA 08111494599
08788
3171247
Pin
28303BAC
Source:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar